Senin, 28 Februari 2011

Ekspor 2010 Lampaui USD 150 Miliar

JAKARTA (SINDO) – Badan Pusat Statistik (BPS) memastikan bahwa kinerja ekspor sepanjang tahun 2010 melampaui angka USD 150 Miliar. Capaian itu didukung nilai ekspor pada Desember 2010 yang lebih dari USD 10 Miliar.

            “Meski belum diumukan (secara resmi), saya sampaikan bahwa ekspor pada 2010 lalu akan berada diatas  USD 150 Miliar, “ ungkap Kepala BPS Rusman Heriawan usai penandatanganan kesepahaman bersama Eximbank dan BPS tentang penyedia data dan informasi statistik perdagangan di Jakarta kemarin.

            Hingga November 2010, kinerja ekspor tercatat telah menyentuh angka USD 140 Miliar. Ditambah ekspor bulan Desember 2010 yang melampaui USD 150 Miliar merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah ekspor. Terdongkraknya nilai ekspor tahun ini didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditi tas di pasar dunia, khusunya batu bara dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). “Kebetulan volumenya juga meningkat dan karena harganya lagi bagus, jadi nonjol, “ujarnya.

            Selain bahan mentah, kata Rusman, produk lain yang sejak lama berkontribusi terhadap ekspor juga mengalami peningkatan. Dia menyebutkan, produk-produk tekstil dan produk berbahan dasar karet saat ini juga sedang mengalami booming. “Yang lain banyak seperti barang industri elektronik, peranannya masih tinggi, “tuturnya.

            Rusman mengatakan, perdagangan internasional kini menjadi bagian terpenting dari kehidupan ekonomi. Ekspor, tegas dia, harus menjadi penyeimbang dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi yang selama ini masih didominasi konsumsi rumah tangga.

            Direktur eksekutif Eximbank I Mada Gede Erata menilai, potensi ekspor Indonesia masih sangat besar. Selama ini, kata dia, banyak eksportir baik yang berasal dari kalangan penguasaha menengah dan usaha kecil menengah (UKM) belum mengetahui cara mendistibusikan barang produksinya ke seluruh dunia. ”Eksportir perlu memanfaatkan pembiayaan, penjaminan, konsultasi,”ucap Erata.

 Sumber : (wisnoe moerti – SINDO)

 

Komentar : Menurut saya ekspor kali ini sangat besar mencapai USD 150 Miliar untuk mencapai angka segitu perlu kerja keras dari berbagai faktor produksi dalam negeri. Oleh karena itu mutu barang yang akan di ekspor harus lebih baik lagi agar negara tujuan ekspor Indonesia mau menerimanya masuk ke dalam negeri tujuan ekspor tersebut. Selain itu perlunya sosialisai terhadap para pengusaha untuk mengekspor barangnya agar ekspor Indonesia pun semakin meningkat.

Minggu, 13 Februari 2011

SAHAM GARUDA "KURANG DARAH"

Di pasar gelap, saham garuda dihargai Rp. 740 per lembar.


Jakarta - Investor tidak antusias menanggapi penawaran perdana saham kepada publik (IPO) PT Garuda Indonesia Tbk, yang berakhir 8 Februari lalu. Mahalnya harga saham Garuda membuat inverstor kehilangan minat membelinya.

“Di pasar gelap saham Garuda dihargai Rp. 740 dari harga penawaran Rp. 750 per lembar.” ujar Kepala Riset PT Bhakti Securities Edwin Sebayang ketika dihubungi Tempo kemarin.

Informasi yang diperoleh Tempo bahkan lebih gawat lagi. Ketiga penjamin emisi. Yakni Mandiri Sekuritas, Danareksa Securities, dan Bhakti Securities, diminta memborong saham Garuda karena mengalami undersubscribed (kekurangan permintaan).

Direktur Utama Danareksa Sekuritas Marciano Herman membantah kabar tersebut. “Dari mana itu? Proses masih berjalan dan akan sesuai ketentuan yang berlaku,” ujarnya semalam.

Memang secara valuasi, harga saham Garuda cukup mahal. Dengan mengunakan laporan keuangan Desember 2009, pada harga saham Rp. 750. Rasio harga terhadap laba (PER) sekitar 19 kali.

Perusahaan sejenis di kawasan Asia seperti Singapore Airlines, punya PER 14,06 kali, Malaysia Airlines 7.06 kali, AirAsia Bhd 9,71 kali serta China Southern Airlines hanya 13,54 kali.

Pada harga perdananya, rasio harga terhadap nilai buku (PHV) Garuda 6 kali, dibandingkan dengan AirAsia Bhd 1,28 kali, Malaysia Airlines 0,85 kali, serta China Southren Airlines 1, 06 kali.

Rasio enterprise value terhadap laba sebelum pajar (EV/EBITDA) Garuda sebesar 7.4 kali, juga diatas rata-rata perusahaan maskapai kawasan Asia.

Faktor lainnya, kata Edwin adalah IPO Garuda bertepatan dengan hak memesan saham baru (right issue) PT Bank Mandiri Tbk pada 14-21 Februari dan lelang sukuk retail SR-003 dengan target indikasi 5 triliun.

“Investor besar lebih memilih saham Bank Mandiri, yang bisa dipastikan akan memberikan dividen, daripada saham Garuda yang belum akan membayar dividen,”tuturnya.

Dalam dua bulan ke depan, emitmen akan mengeluarkan laporan keuangan 2010, yang diperkirakan labanya akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,1 persen.

Pemodal tentu lebih memilih saham-saham yang kinerjanya bagus dan memberikan dividen. Perusahaan sekuritas milik pemerintah yang menjadi agen penjualan saham Garuda dikabarkan kesulitan menjual jatahnya.

Edwin mendapat informasi pada hari pencatatan di Bursa Efek Indonesia Jum’at mendatang, investor mungkin langsung melepas pada harga RP. 750 supaya tidak merugi akibat sentiment negative kenaikan suku bunga Cina.

“Harga wajar saham Garuda seharusnya Rp. 500-650 per lembar, sehingga peluang investor memperoleh keuntungan masih cukup besar,” ucap Edwin.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara hingga kemarin malam menerima hasil penjatahan saham terpusat IPO Garuda. “Sore ini baru diselesaikan oleh para penjamin emisi. Besok baru dilaporkan ke kami,” kata Deputi Bidang Resturkturisasi dan Perencanaan Strategis Pandu Djajanto.

Garuda melakukan penawaran saham pada investor retail local dengan mekanisme pooling pada 2,4,7,dan 8 Februari.

Penawaran dilakukan serentak di beberapa kota, seperti Aceh, Medan, Padang, Palembang, Semarang, Surabaya, Bandung, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar.

Garuda melepas 6,33 miliar lembar saham atau setara dengan 26,67 persen. Dana hasil IPO akan digunakan untuk membeli pesawat dan mengembangkan perusahaan. Tahun ini Garuda berencana menambah 12 pesawat baru, yang terdiri atas 9 Boeing 737-800NG dan 3 Airbus 330-300.

Ditemui Senin lalu, Menteri Badan Usaha MIlik Negara Mustafa Abubakar masih optimis saham Garuda laku keras. Ia yakin kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,75 persen pun tak bakal merugikan IPO Garuda.

Sumber dari : Koran Tempo 10 pada 10 Februari 2011


Komentar : Menurut saya saham Garuda ini sangat memberikan dividen yang lumayan walaupun harganya harus bersaing dengan saham-saham lainnya seperti Mandiri. Tetapi itu tidak mengubah niat para investor untuk menanamkan sahamnya di Garuda. Apalagi bila di tambah keyakinan Menteri Badan Usaha Milik Negara yang mengatakan bahwa saham Garuda masih akan laku keras.

Jumat, 11 Februari 2011

Tugas 1

EKSPOR IMPOR INDONESIA

Sebelum membahas masalah ekspor dan impor Indonesia,terlebih dahulu makalah ini akan membahas definisi dari ekspor dan impor dan pengaruhnya terhadap Perekonomian Indonesia. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

KONDISI EKSPOR INDONESIA

Pengutamaan Ekspor bagi Indonesia sudah digalakkan sejak tahun 1983.Sejak saat itu,ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi-dari penekanan pada industri substitusi impor ke industri promosi ekspor.Konsumen dalam negeri membeli barang impor atau konsumen luar negeri membeli barang domestik,menjadi sesuatu yang sangat lazim.Persaingan sangat tajam antarberbagai produk.Selain harga,kualitas atau mutu barang menjadi faktor penentu daya saing suatu produk. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Oktober 2008 mencapai USD118,43 miliar atau meningkat 26,92 persen dibanding periode yang sama tahun 2007, sementara ekspor nonmigas mencapai USD92,26 miliar atau meningkat 21,63 persen. Sementara itu menurut sektor, ekspor hasil pertanian, industri, serta hasil tambang dan lainnya pada periode tersebut meningkat masing-masing 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun selama periode ini pula, ekspor dari 10 golongan barang memberikan kontribusi 58,8 persen terhadap total ekspor nonmigas. Kesepuluh golongan tersebut adalah, lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, mesin atau peralatan listrik, karet dan barang dari karet, mesin-mesin atau pesawat mekanik. Kemudian ada pula bijih, kerak, dan abu logam, kertas atau karton, pakaian jadi bukan rajutan, kayu dan barang dari kayu, serta timah. Selama periode Januari-Oktober 2008, ekspor dari 10 golongan barang tersebut memberikan kontribusi sebesar 58,80 persen terhadap total ekspor nonmigas. Dari sisi pertumbuhan, ekspor 10 golongan barang tersebut meningkat 27,71 persen terhadap periode yang sama tahun 2007. Sementara itu, peranan ekspor nonmigas di luar 10 golongan barang pada Januari-Oktober 2008 sebesar 41,20 persen. Jepang pun masih merupakan negara tujuan ekspor terbesar dengan nilai USD11,80 miliar (12,80 persen), diikuti Amerika Serikat dengan nilai USD10,67 miliar (11,57 persen), dan Singapura dengan nilai USD8, 67 miliar (9,40 persen). Peranan dan perkembangan ekspor nonmigas Indonesia menurut sektor untuk periode Januari-Oktober tahun 2008 dibanding tahun 2007 dapat dilihat pada. Ekspor produk pertanian, produk industri serta produk pertambangan dan lainnya masing-masing meningkat 34,65 persen, 21,04 persen, dan 21,57 persen. Dilihat dari kontribusinya terhadap ekspor keseluruhan Januari-Oktober 2008, kontribusi ekspor produk industri adalah sebesar 64,13 persen, sedangkan kontribusi ekspor produk pertanian adalah sebesar 3,31 persen, dan kontribusi ekspor produk pertambangan adalah sebesar 10,46 persen, sementara kontribusi ekspor migas adalah sebesar 22,10 persen. Kendati secara keseluruhan kondisi ekspor Indonesia membaik dan meningkat, tak dipungkiri semenjak terjadinya krisis finansial global, kondisi ekspor Indonesia semakin menurun. Sebut saja saat ekspor per September yang sempat mengalami penurunan 2,15 persen atau menjadi USD12,23 miliar bila dibandingkan dengan Agustus 2008. Namun, secara year on year mengalami kenaikan sebesar 28,53 persen.

KONDISI IMPOR INDONESIA

Keadaan impor di Indonesia tak selamanya dinilai bagus, sebab menurut golongan penggunaan barang, peranan impor untuk barang konsumsi dan bahan baku/penolong selama Oktober 2008 mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yaitu masing-masing dari 6,77 persen dan 75,65 persen menjadi 5,99 persen dan 74,89 persen. Sedangkan peranan impor barang modal meningkat dari 17,58 persen menjadi 19,12 persen. Sedangkan dilihat dari peranannya terhadap total impor nonmigas Indonesia selama Januari-Oktober 2008, mesin per pesawat mekanik memberikan peranan terbesar yaitu 17,99 persen, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 15,15 persen, besi dan baja sebesar 8,80 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 5,98 persen, bahan kimia organik sebesar 5,54 persen, plastik dan barang dari plastik sebesar 4,16 persen, dan barang dari besi dan baja sebesar 3,27 persen. Selain itu, tiga golongan barang berikut diimpor dengan peranan di bawah tiga persen yaitu pupuk sebesar 2,43 persen, serealia sebesar 2,39 persen, dan kapas sebesar 1,98 persen. Peranan impor sepuluh golongan barang utama mencapai 67,70 persen dari total impor nonmigas dan 50,76 persen dari total impor keseluruhan. Data terakhir menunjukkan bahwa selama Oktober 2008 nilai impor nonmigas Kawasan Berikat (KB/kawasan bebas bea) adalah sebesar USD1,78 miliar. Angka tersebut mengalami defisit sebesar USD9,3 juta atau 0,52 persen dibanding September 2008. Sementara itu, dari total nilai impor nonmigas Indonesia selama periode tersebut sebesar USD64,62 miliar atau 76,85 persen berasal dari 12 negara utama, yaitu China sebesar USD12,86 miliar atau 15,30 persen, diikuti Jepang sebesar USD12,13 miliar (14,43 persen). Berikutnya Singapura berperan 11,29 persen, Amerika Serikat (7,93 persen), Thailand (6,51 persen), Korea Selatan (4,97 persen), Malaysia (4,05 persen), Australia (4,03 persen), Jerman (3,19 persen), Taiwan (2,83 persen), Prancis (1,22 persen), dan Inggris (1,10 persen). Sedangkan impor Indonesia dari ASEAN mencapai 23,22 persen dan dari Uni Eropa 10,37 persen.


Sumber : http://adie-wongindonesia.blogspot.com/2010/03/makalah-ekspor-impor-indonesia.html